Friday, March 22, 2024

JALAN JALAN KE KAZAKHSTAN, CAKEP!



Bulan Agustus kemaren, saya menghadiri acara pernikahan teman saya di Turki, saya berpikir untuk singgah ke negara terdekat, karna mumpung lagi di Turki. Sebagai orang yang malas mengurus visa, saya selalu update tentang negara2 yang bebas visa untuk passport Indonesia. Kazakhstan menjadi opsi pertama bagi saya.

Sebelumnya disclaimer, saya bukan tipe traveller well prepared, saya cenderung lebih casual kalau traveling, makanya saya pilih negara bebas visa. Tapi mungkin akan ada sedikit informasi yang bisa saya bagikan untuk teman2 yang penasaran dengan Kazakhstan.

Visa
Indonesia bebas visa 30 hari ke Kazakhstan, jadi hanya perlu bawa passport yang masih berlaku.

Kota Tujuan
Di Kazakhstan ada dua kota besar, ibukota Astana dan kota wisata paling populer yaitu Almaty. Saya sendiri memilih ke Astana karena kebetulan saya punya teman warga lokal yang tinggal dekat sana. Ketika sudah sampai disana, saya diajak untuk berkunjung ke Almaty, jadi saya mengunjungi kedua kota tersebut.

Harga Tiket dan Maskapai
Saya naik Scat Airlines, maskapai kelas dua milik Kazakhstan, dari Istanbul - Astana pulang pergi kurang lebih 6 jutaan, booking H-3. Untuk Astana - Almaty pulang pergi kurleb 1,8 juta. Sebagai referensi, maskapai terbaik Kazakhstan adalah Air Astana, harga tiketnya tidak terlalu jauh. Tapi buat saya yang penting sampai dan murah, dan Scat ini oke2 aja. Durasi penerbangan IST - AST (5 jam an), AST - IST (6 jam an), kenapa balik Astana - Istanbul lebih lama? Entahlah

Imigrasi
Ketika saya landing di Astana malam hari jam 10, konter imigrasinya cukup sepi, di konter sebelah saya ada bule sepertinya dari jerman yang cukup banyak ditanya2 oleh orang imigrasinya. Saya sendiri tidak terlalu banyak ditanya, tapi petugas konternya kemudian membawa passport saya dan berkonsultasi dengan rekannya di konter sebelah, saya tidak tau kenapa, tapi asumsi saya, mungkin karna dia tidak yakin apakah orang indonesia bebas visa, atau dia bingung kenapa saya ke ibukota Astana, padahal yang lazim dikunjungi turis itu Almaty. Setelah diskusi dengan rekannya, si petugas kembali ke konter dan menyerahkan passport yang sudah dicap dan mempersilahkan saya masuk, jadi saya di konter imigrasinya kira2 7 menitan, termasuk lama karna di Istanbul dan Bangkok biasanya paling lama 1-2 menit. Tapi wajar, baru pertama kali masuk dan turis Indonesia termasuk langka. Passport saya lumayan banyak cap dan travelling historinya, mungkin sedikit banyaknya memudahkan saya di konter imigrasi karna travelling record saya bisa dibilang baik.

Astana
Beruntungnya punya teman warga lokal, saya ga perlu pusing riset mau kemana, jadi saya tinggal ikut dia aja, saya menghabiskan 2 hari di Astana, kota ini terlihat seperti Rusia, wajar karna pecahan Uni Soviet (saya belum pernah ke rusia, tapi teman saya bilang Astana emang rada mirip moskow). Di Astana saya mengunjungi Baiterek, Nur Astana Mosque, National Museum of Kazakhstan, dan tentunya jalan2 ngalor ngidul ala solo backpacker. Di bulan September ketika di Istanbul masih panas, disini cukup dingin, kira2 10 derajat. Kesan saya tentang Astana, adalah kota yang bisa dibilang maju dan indah. Kota ini sangat bersih dan tertata rapi, jalanan juga tidak terlalu padat. Sebuah kota yang tidak terlalu ramai penduduk.

Almaty
Dari Astana ke Almaty, kira2 1 jam 45 menit naik pesawat (Scat Airlines). Kesan pertama saya dengan kota ini adalah cukup mirip Istanbul dari bangunan dan vibesnya. Bisa dibilang termasuk padat penduduk. Kalau teman2 pernah ke turki, kurang lebih Astana = Ankara, Almaty = Istanbul. Di Almaty saya hanya jalan2 sekitaran kotanya dan sempat ke resort pegunungan Shymbulak, disana bisa naik cable car untuk melihat pemandangan, tapi buat saya tempat ini lebih bagus kalau dikunjungi saat winter ketika resort ini bersalju. Sebenarnya di Almaty ini banyak sekali yang bisa dieksplor, tapi berhubung saya mager traveller dan kebetulan juga waktunya mepet, jadi saya tidak terlalu maksimal di kota ini, tapi setidaknya saya bisa ketemu teman2 baru yang kebetulan dikenalkan oleh teman saya, momen berkesan yaitu jalan2 mengitari kota almaty di malam hari sambil mendengar cerita2 dari mereka.

SIM Card, Mata Uang, Transportasi, Hotel
Untuk Sim Card saya beli sim card lokal Beeline di dalam bandara, tidak mahal, cuma 100ribuan dan kuotanya lebih dari cukup, Mata Uang Kazakhstan adalah Tenge, bisa ditarik di ATM di dalam bandara, penyesalan saya adalah menghabiskan semua uang saya tanpa sisa untuk beli oleh2, jadi gak ada yang disimpan untuk kenang2an. Untuk transportasi bisa pakai Yandex Go, aplikasi mirip Grab yang simple dan mudah digunakan. Hotel sendiri bisa searching di Agoda atau apps sejenis, budget 300 ribuan ada kok udah lumayan.

Orang Kazakhstan
Jangan berekspektasi kalau orang Kazakhstan itu ramah2, bagaimanapun mereka adalah pecahan uni soviet yang cenderung dingin, tapi beda cerita kalau kita sudah berteman dengan mereka. Untuk bahasa sendiri, ada dua yaitu Rusia dan bahasa lokal Kazakh yang masih satu rumpun dengan bahasa turki. Yang saya kagumi dari Kazakhstan ini adalah hampir semua orang good looking, ada tiga tipe orang kazakhstan berdasarkan looks, bule (russian), mixed, dan asia timur. Kalau teman2 pikir orang turki cakep2, percayalah di kazakhstan jauh lebih good looking, dan dalam pikiran saya selama disana beberapa hari adalah "kok ga ada yang jelek ya?" haha. Mayoritas mereka adalah muslim tapi bukan konservatif.

Total Pengeluaran dan Sedikit Tips
Saya menghabiskan sekitar 12 juta untuk travelling ke Kazakhstan dari Istanbul, tapi pengeluaran ini masih sangat bisa dipress kalau saja saya lebih well prepared, kalau budget terbatas sebenarnya Almaty saja sudah cukup, ga harus ke Astana, tapi kalau bisa keduanya kenapa engga. Kalau ke Almaty saran saya juga ke negara tetangga yang juga bebas visa seperti Tashkent, Uzbekistan. Dengan biaya yang sama, kalau saja saya tidak ke Astana, harusnya saya bisa dapat dua negara sekaligus, Uzbekistan dan Kazakhstan.

Kesimpulan : Kazakhstan adalah negara di Asia tengah yang sangat underrated, ga banyak yang tau tentang negara ini, tapi negara ini kaya akan uranium dengan Human Development index yang sangat tinggi, saya bilang Kazakhstan ini hampir setara dengan korea selatan. Tapi meskipun begitu, untuk wisata, sebenarnya saya tidak akan masukkan dalam kategori 'must visit' tapi tetap worth to visit, negara yang cukup sekali aja dikunjungi. Kalau disuruh pilih Turki atau Kazakhstan, sudah pasti saya rekomendasi Turki, tapi buat saya pribadi, mengingat bahwa saya adalah sedikit dari orang Indonesia yang pernah mengunjungi Kazakhstan, it's a flex, not to others, but for myself. Yeah i was there :)

*Tulisan ini mungkin akan saya update kedepannya untuk info lebih detail atau koreksi.

Monday, January 1, 2024

Utopia

About 10 percent of global population go to bed hungry on daily basis, and the sad thing is.. there is actually enough food to feed all the people in this world everyday.

Many people stay in toxic and abusive relationship. Why? because of love they said. If someone loves you, they will not lay a hand on you. Love is caring not abusing, but they won't listen. 

Computer and internet created by this species to make life easier. But the same species created computer virus, hacking into your private account. They can't just let people live in peace.

People are trying to get rich, even if they have to sucking the blood out of unfortunate people. I actually know some people who are being proud to underpaid their employee. At the same time what options that these unfortunate people got? It's either get paid little or not getting paid at all. Sad.

Why human even have to go to the war? What are we fighting for? Because we are different then we have to kill each other? Really? Shouldn't we just love and help each other? War only created pain and trauma. but... there is still war going on.


Tuesday, November 28, 2023

Tersesat di Konstantinopel (3. Sağmalcılar)

Salah satu pembeda antara negara tropis dan subtropis (4 musim) adalah curah hujan. Hujan di Istanbul sering terasa seperti gerimis. Ketika hujan lebat pun butuh waktu yang lama untuk basah kuyup. Tapi walaupun begitu, suhu dingin membuat hujan terasa menyebalkan. 

Ada kalanya aku merindukan hujan lebat. Hujan dengan butiran raksasa yang meninju kulit wajah ketika menengadah menatap langit. Hujan seperti ini hanya ada di kampung halaman. Sungguh malang orang Istanbul tidak tau betapa merdunya suara hujan yang menyirami atap rumah. Tidur dengan suara hujan lebat adalah salah satu tidur ternyaman.

Sağmalcılar adalah nama stasiun subway yang akan selalu melekat dalam ingatanku, stasiun terdekat dari apartemen. Stasiun pertama untuk pergi, dan stasiun terakhir untuk pulang. Jarak dari apartemen ke stasiun adalah 10 menit berjalan kaki, Bagiku satuan jarak bukan lagi kilometer, tapi waktu tempuh. 

Aku akan merayakan tahun baru dengan teman - teman dari Indonesia di apartemen Mba Miya. Fanni the Cirebon Kid juga ada disana. Perjalanan panjang yang melelahkan ke Istanbul bagian Asia. Aku sering bergurau kalau aku satu-satunya dari kami yang tinggal di Eropa, tepatnya Istanbul bagian Eropa. Untuk yang tidak tau Istanbul terbagi dua bagian, wilayah eropa dan asia, pembatasnya adalah selat bosporus.

Satu-satunya pembeda di malam itu adalah tamu dari Afrika Selatan, Jonas, pacar dari salah satu teman kami yang berasal dari NTT yang juga flat matenya Mba Miya. Hal yang sebenarnya menarik bagiku karna orang Indonesia timur memang mayoritas berperawakan mirip dengan orang Afrika. Ini bukan hal yang kebetulan, karna berdasarkan ilmu antropologi, dalam tiga klasifikasi ras, orang Indonesia timur dan orang Afrika memang satu kelompok ras. Ini jika mengacu pada penggolongan tiga ras utama (Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid)

Aku sendiri tidak asing dengan orang Afrika, sewaktu di Jepang aku sangat dekat dengan mahasiwa doktoral dari Kenya. Paul dan Titus, aku benar-benar merindukan mereka. Masih ingat betul bagaimana aku berdebat dengan perempuan Nigeria yang merupakan teman Titus. 

Aku benar-benar sangat polos ketika bertanya umur perempuan Nigeria itu. Mungkin karna aku saat itu masih sangat muda, aku tidak paham kalau semakin tua seorang perempuan, semakin sensitif dia dengan umurnya, apalagi yang belum menikah. Kalau ada mesin waktu aku akan bilang ke diriku "Jangan didebat, minta maaf saja"

Interaksi pertamaku dengan Jonas tidak begitu baik, mungkin karna aku mencoba untuk mengambil gambar bersamanya. Aku sedikit bingung apa ada yang salah. Aku hanya ingin mengabadikan momen.

Hal kedua tentang Afrika yang aku pelajari selain jangan bertanya tentang umur ke perempuan Afrika adalah jangan ajak berfoto kecuali mereka yang minta. Untuk alasannya aku belum tau, tapi ya sudah hargai saja. 

Malam itu aku benar-benar menikmati kebersamaan dengan Fanni, Miya, Jeniar, Febi, Vita, Vero dan Jonas. Sebuah gitar milik Miya yang salah satu senarnya sumbang menemani malam kami. Kita bernyanyi ria sebelum akhirnya keluar untuk menyaksikan kembang api. 

Di suhu 6 derajat, dengan bermodalkan jaket tebal kita duduk di taman. Jonas menjadi moderator dari pembicaraan mendalam kami. Aku merasa dia orang yang cerdas dan punya banyak ilmu pengetahuan. 

Dalam khidmatnya malam pergantian tahun dengan kembang api yang menghujani langit Istanbul, Pria Afrika Selatan itu menanyakan sebuat pertanyaan yang membuatku tertegun.

"Apa yang kamu pelajari sejauh ini dan apa yang kamu harapkan di tahun depan?" tanya Jonas
Entahlah Jonas, selama tiga bulan ini di Istanbul, aku mulai kehilangan arah, Turki bukan negara yang membuatku nyaman. Meskipun aku menyukai keindahan kota yang dulunya ibukota kekaisaran romawi ini, sekarang aku merasa tersesat di konstantinopel.

Sunday, October 22, 2023

Waktu Kosong (Hidup bukanlah Sitkom)

Ketika binge watching top three sticom favorit saya, (Friends, The Big Bang Theory, How I Met your Mother), dua hal yang saya perhatikan adalah, ketiga sitcom ini memiliki premis yang sama, sebuah grup pertemanan dengan problematika percintaan dan yang kedua adalah begitu menyenangkan dan menariknya kehidupan mereka.

Ada pertanyaan yang muncul dan menggelitik buat saya. Bagaimana sebuah grup pertemanan bisa solid dan konsisten untuk selalu berkumpul selama bertahun-tahun. Apa saya yang kurang bergaul atau memang di kehidupan nyata ada orang-orang yang bisa menjaga circle pertemanannya selama itu?

Saya pun kemudian mencoba mencari jawabannya sendiri, dan saya sadar bahwa mungkin saja hal seperti itu terjadi di dunia nyata. Rasanya saya iri karna tentu menyenangkan bisa mempunya grup pertemanan yang solid. Apalagi dengan petualangan - petualangan sederhana tapi relatable yang mereka hadapi sangat menghibur untuk ditonton.

Sebagai orang yang menjalani kehidupan yang monoton dan membosankan, saya berangan-angan bisa mempunyai kehidupan seperti mereka. Jika saya mengatakan hal ini, tentu orang akan bilang "itu kan hanya fiksi, kehidupan nyata memang akan selalu membosankan"

Jika berharap punya kehidupan seperti di sitcom, siap-siaplah untuk kecewa dan berdamailah bahwa hidup ini memang didesain untuk membuat kita merasa bosan. Bahkan ketika semua berjalan lancar dan baik-baik saja, itu tidak akan selalu menyenangkan.

Itulah kenapa kita suka menonton kecelakaan, kebakaran, atau melihat orang berkelahi, karna pada akhirnya kita keluar dari kebosanan tanpa harus terlibat dalam sebuah resiko.

Kalau dipikir-pikir, durasi sitcom itu rata-rata hanya 20 menit per episode. Artinya kita tidak benar-benar melihat keseluruhan dari kehidupan yang karakter sitcom itu jalani. Kita hanya melihat part-part yang menghibur. Kita tidak dipertontonkan apa yang karakter itu alami di waktu kosong.

Sunday, September 3, 2023

Bus Stop.

I walked to the bus stop, i saw the bus but i need to run a little bit to catch it, but then i slowed down when i felt like i won't be able to get in even tho i was just few meters away from it. But then i finally in front of the bus and the door shut down imidiately.

I don't want to ask the bus driver to open the door for me because they kind of asshole, not all of them, but so many of them, when they see you running towards them, they don't care. They will ignore you and move on. This is the result of HR policy that they getting paid not based on how many passengers they had but based on number of trips.

I waited for the next bus, there are three options of line, all of those three will pass through my destination. You know what happened? I saw so many buses passed but none of it was my bus, what is the odds? I waited for more than 15 minutes, yes it's not that long, but i am in hurry because according to my calculation, i will definitely late. And i hate to be late, even tho it's just meeting friends.

Ever heard of time relativity? I won't give you scientific explanation, because i am not scientist myself, in simple terms, the speed of time is not the constant but depend on your perception, for example, 5 minutes can feel so long when your favorite football team are leading 1-0 in the final but felt so short when your team are losing.

Time pass so fast when you are enjoying the moment, but feel so slow during something you don't like, one hour foot massage feel so short and one hour waiting for the bus can feel like forever. 

The same way when i waited for the bus, 15 minutes feel like eternity, but 15 minutes scrolling tiktok doesn't feel much. That's why normally i open tiktok every time i wait for something, just simply to make time feel short.

So, what's the point of this writing? Nothing. I just want to wasting your time. 

Hehe joking, you know what? We always seems in hurry. Often we never enjoy the moment because we always thinking about our future plan. But time itself is relative, for example when you in hurry to get married, will it matter if it today, after a year, or two years? Your will always have option for future partner, so why bother if he or she is not waiting for you?

My biggest regret is not to enjoying my time in school too much because i always looking forward to be an adult, so i can be free, making my own money and i think i will enjoy life more.

But in fact, every period of life has their good and bad. I trapped in the past and in the future, i never enjoy the present. I am wrong, and you too.

Why in hurry? Some people become millionaire at 20, some make it at 60, and some after reincarnation. So...?

Thursday, August 31, 2023

The Question. (You are too afraid to know the answer)

The universe is expanding... but to where?
Apart from religious explanation, there is no concrete proof how we created, and... why are we created? When we created???

Don't you think that there is some possibility that we are here but our consciousness is actually somewhere. Like imagine when you are dreaming, last night i had a dream and in that dream i was traveled to Mexico but the truth is i was in Turkey. And when you are dreaming most of the time you didn't know that you are dreaming, so the whole experience feels like you are not dreaming. Could be this life is the same? It feels real for us at the moment you are reading this, but the truth is... we are not where think we are.

They are not really sure how pyramid built, and who built pyramid, and the most bizarre question is.. how they could build it at that time?? Is there any possibility that most of historic events and some historic figure not actually exist, but just made up to make us thinking that the past is real, to make us believe that we are not just randomly spawned in this period of time.

I am talking about computer simulation theory, that our life is simulated by computer program by some advance creature, like when you play video game, and the character in that game thinking that they are real, but the truth is they just some pixel controlled by our joy stick. Could it be the same with us? I mean can you prove it to me that you are real? 

Elon Musk said the odds that we're not living in a simulation are “one in billions”

I am not crazy, even Elon Musk believe in this theory, kind of, he is rich and smart!

Have you even wondered how television works? Yeah yeah i know... if you ask scientist they will give you some scientific reason how television works. Ok i get it, some radio wave something something smart, but the real question is... how??? How some random cables some random fiber optic and another stuff made a television? How can you are in Uzbekistan, but i can see you live from Lagos for example through some box plugged onto socket in my hotel wall. Mind blowing!!!

They said we human lived for thousands of year, but why television specifically happened in my period of life? Am i special? Why don't i have to experience world war I? Do God is kind to me that he spawned me in the time where i can talk to my friend real time through instagram??


Thursday, June 22, 2023

Tersesat di Konstantinopel (2. Beyza)

Musim panas pertamaku di Istanbul, Turki. Bukan musim panas pertama sejak lahir ke dunia karena di Indonesia suhunya selalu panas. Mungkin yang membuatku betah di Turki karna suhu panas ini hanya ada paling lama dua bulan dalam setahun. Walaupun aku kadang mengutuk kedinginan, tapi lebih menyenangkan berlindung dibalik jaket tebal daripada mati kepanasan saat tidak ada AC atau kipas angin.

Juni, 2018. Bulan ini aku harus memutuskan untuk lanjut di Turki atau pulang ke Indonesia. Walaupun aku masih ada waktu sampai September untuk benar-benar pergi.

Aku mengambil cuti sakit, padahal sebenarnya saat itu ada job interview di perusahaan lain. Aku tidak sepenuhnya berbohong karena paginya aku memang merasa tidak enak badan. 

Di sore hari ada pertemuan dengan beberapa anak magang lainnya dan yang mengurus magang kami di Turki. Mereka juga masih mahasiswa. Kalau ada mesin waktu, aku berharap tidak pernah datang ke pertemuan ini.

Di sebuah kafe di daerah Besiktas, aku masuk kedalam dan melihat segerombolan anak muda dari berbagai negara sudah duduk rapi sambil berhadapan. Jumlahnya sekitar sepuluh orang. Ada bangku kosong yang kemudian kupilih untuk diduduki. Persis di depanku ada seorang gadis cantik berambut pirang dengan mata berwarna abu - abu. 

Dia bernama Beyza, orang asli Turki. Walaupun ketika kau melihatnya mungkin kau berpikir dia lebih mirip orang Jerman atau negara eropa barat lainnya dibanding tipikal orang Turki. Tapi tidak, dia benar- benar tulen orang Turki, setidaknya itu yang ditulis di KTP dan Paspornya. Kalau kau ingin sedikit gambaran, bayangkan Kirsten Dunst pemeran Mary Jane di film Spiderman, mereka benar-benar mirip satu sama lain.

Aku memperhatikan sekelilingku dan mulai menyapa teman-teman ini satu persatu, walaupun fokusku tertuju pada gadis cantik ini. Disana ada beberapa mahasiswa magang dari berbagai negara, salah satunya adalah Irina, gadis Rusia yang kemudian menjadi teman baikku. 

Ada sesuatu yang berbeda dari Beyza, untuk pertama kalinya sejak sepuluh tahun, aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Atau aku bisa bilang aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya sejak masa puberku. Nanti akan kuceritakan sedikit tentang cinta pertamaku, tapi Beyza ini jauh lebih menarik.

Aku adalah orang yang pemalu, tapi saat itu seperti ada setan merasukiku dan tiba-tiba aku berpura-pura jadi orang yang paling percaya diri sedunia dan mengajak Beyza mengobrol.

Tidak banyak yang kuingat dari percakapan kami pertama kali, tapi tentunya lebih banyak basa basi. Sampai akhirnya kita meninggalkan kafe tersebut dan berjalan - jalan di sekitaran Besiktas. Sepertinya mereka ingin pindah ke kafe lain.

Di perjalanan salah satu mahasiwa Turki yang merupakan host kami bertanya aku berasal darimana,

 "Turkmenistan" jawabku

Ada sedikit backstory tentang mengapa aku setengah bercanda mengaku kalau aku orang Turkmenistan. Beberapa bulan yang lalu aku sempat bertemu dengan pemilik perusahaan tempat magangku, dia tidak begitu fasih berbahasa Inggris, tapi dia bilang ke salah satu rekan kerjaku yang kebetulan orang Turki kalau wajahku lebih Turki daripada orang Turki kebanyakan. 

Tentu saja aku keheranan, karena aku merasa benar-benar tulen orang Indonesia dan bagaimana mungkin orang Indonesia lebih Turki daripada orang Turki.

Ternyata yang dia maksud adalah sejarahnya nenek moyang orang Turki atau bisa kita bilang orang Turki asli sebenarnya adalah orang Turkic atau bangsa Asia Tengah yang kebetulan memang wajah mereka seperti orang Asia Timur, karena masih satu nenek moyang.

Singkat cerita, karna mengaku orang Turkmenistan, salah satu dari teman kami mengira aku bisa bahasa Rusia karna memang Turkmenistan adalah pecahan Uni Soviet yang artinya mereka mayoritas bisa berbahasa Rusia.

Saat itulah aku mengaku kalau aku sebenarnya hanya bercanda. Aku memang bukan orang Turkmenistan, tapi yang menggelitik adalah bagaimana mereka percaya begitu saja. Aku di Turki sering dikira orang Asia Tengah. Paling sering Kazakhstan atau Uzbekitstan. Bahkan aku penah bertanya pada temanku orang Kazakhstan asli apa benar aku mirip dengan mereka dan temanku menjawab "Iya"

Kami menghampiri kafe berikutnya, aku sengaja mengambil tempat duduk persis di depan Beyza. Aku tidak tau apakah ini kebetulan atau Beyza pun terlihat seperti mencoba mengambil posisi duduk tepat dihadapanku.

Kami melanjutkan obrolan ngalor ngidul seperti yang kami lakukan di kafe sebelumnya, Beyza pun lebih banyak diam dan baru bicara kalau aku ajak ngobrol.

Aku merasa Beyza ini seperti aku versi perempuan. Pemalu, lebih suka diam, dan sedikit canggung di hadapan orang - orang baru. Aku sendiri sudah banyak berubah dari tahun- tahun sebelumnya. Masih sedikit pemalu tapi kali ini sedikit lebih percaya diri.

Mungkin karena aku ada di negara lain, jadi aku merasa lebih bebas menjadi diriku tanpa khawatir di cap buruk. Lagipula kalau di cap buruk, tidak akan berpengaruh banyak dalam hidupku. Toh, aku juga bukan orang sini.

Aku mengobrol sedikit dengan Beyza, lalu bertanya bagaimana caranya kembali apartemenku dan aku mengaku kalau sedang tidak punya koneksi internet. Tapi jujur saja, sudah delapan bulan aku di Istanbul, aku tentu tau caranya pulang. Oh soal koneksi internet? Aku sebenarnya punya. 

Aku hanya mencari-cari cara agak bisa terus mengobrol dengan Beyza. Dia membuka ponselnya dan mencoba menunjukkanku arah pulang ke apartementku. Aku menyimak seksama, tentunya berpura-pura. Sudah beberapa jam kami berkumpul, sore sudah berubah menjadi malam.

Aku mencoba menjadi badut di tongkrongan itu. Aku berusaha menyampaikan beberapa lelucon untuk membuat mereka tertawa. Agar suasana tidak terlalu kaku. Aku juga mencoba membangun imej komedian karena aku memang penikmat standup comedy. Aku bahkan pernah ikut Open Mic di Padang. 

Sekitar setengah jam berlalu dan akhirnya Beyza beranjak dari tempat duduknya.

"Aku mau pulang, mari ikut bersamaku, nanti sekalian aku cari jalan searah denganmu" ujar Beyza.

Aku terkejut, usahaku mengobrol dengan gadis cantik ini membuahkan hasil. Mungkin ini hal yang biasa bagi orang lain. Tapi bayangkan ketika kau jatuh cinta dengan seseorang, dan orang itu mengajakmu jalan berdua entah kemanapun itu tujuannya. "It's magical'. 

Sedikit bocoran, ini adalah pertama kalinya aku jalan berdua dengan Beyza walaupun ini tidak disengaja, dan tentunya bukan yang terakhir. Tapi kalau saja ada mesin waktu, aku berharap Beyza tidak mengajakku pulang bersama malam itu. 

Di Istanbul ada banyak sekali jenis transportasi umum dan semuanya terkoneksi satu sama lain. Bus, feri, dan kereta pun banyak macamnya, ada subway, tram, dll. Setelah berjalan sedikit aku dan Beyza akhirnya menaiki bus. Aku bilang pada Beyza kalau aku sedang belajar bahasa Turki. Dia pun berjanji akan memberikanku sebuah novel berbahasa Turki untuk latihan di pertemuan kami berikutnya.

Perjalanan kami dilanjutkan dengan menaiki feri untuk menyebrang selat bosporus. Jujur saja, tidak banyak hal yang aku ingat dari percakapan kami. Tapi yang paling berkesan bagiku adalah saat kami duduk berdekatan di atas feri dan Beyza menunjuk ke arah langit. 

"Lihat, langit malam ini begitu indah ya?" ujar Beyza sambil tersenyum. 

Aku menatapnya dalam. Aku tidak terpesona dengan keindahan langit malam itu. Tapi keindahan matanya yang membuatku sejuk. Malam itu aku yakin, aku jatuh cinta pada gadis ini.

Tersesat di Konstantinopel (1. Cirebon)

Tersesat di Konstantinopel (3. Sağmalcılar)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...